by: Kine Club UMM
Arsip Blog
Senin, 15 Juni 2009
Management of Movie Production.
by: Kine Club UMM
crew dibelakang layar film
1. Manajerial : merupakan divisi yang mengurusi segala keperluan dalam perijinan, dana dan keselamatan serta mengatur jalannya dan jadwal take (pengambilan gambar), dalam manajerial ada beberapa cabang lagi, yakni:- eksekutif produser : bertugas untuk mencari dana sehingga ia bertanggung jawab atas semua dana yang dibutuhkan dalam produksi dan juga bertanggung jawab terhadap Kru.- Produser : bertanggung jawab terhadar arah filmnya, jadi film ini mau dibawa kemana, lalu distribusi film dan juga mengoreksi film tersebut.-Produser pelaksana : bertugas untuk mengatur jadwal take,talent dan kru, menertibkan kru, pengatur waktu -Manajer Lokasi : tugasnya mencari tempat untuk take, mengurus perijinan, mengamankan lokasi, bertanggung jawab terhadap keselamatan kru, menyediakan segala hal yang berhubungan dengan lokasi. Membangun citra kru dimata masyarakat.-Financial manajer : bertugas sebagai bendahara dalam produksi, mengatur sirkulasi keuangan.-Unit manager: seketarisnya Produksi, jadi membuat surat ijin maupun proposal2.-koordinator talent : bertanggung jawab terhadap kenyamanan artis dalam film.
2. Penyutradaraan : merupakan divisi yang bertanggung jawab untuk sisi kreatif dan juga visualisasi film, dalam penyutradaraan juga ada bermacam-macam peran, antara lain:- Desain produksi : merupakan penasehat tentang jalannya film baik warna maupun nilai-nilai yang ada dalam film tersebut.-Sutradara : pengontrol aspek dramatic dan juga artistic dalam film. Dia media pemvisual dari scenario yang ada-assisten sutradara
1 : berfungsi untuk mendiskusikan segala keperluan shooting kepada div. manajerial, dia juga bertugas sebagai script breakdown dan shooting schedule.-Assisten sutradara
2 : bertugas untuk mengarahkan talent dalam berakting-Assisten sutradara
3 : bertugas untuk mengatur continuity- Script writer : bertugas untuk mengembangkan ide cerita menjadi scenario.
3. DOP (director of photograpy) : menguasai cerita dan menggambarkan cerita, bertanggung jawab untuk ,meggambarkan cerita-kameramen : bertugas untuk mengambil gambar sesuai arahan dari DOP-Lighting : mengatur pencahayaan-sound man : mengurus suara talent dalam take.
4. Art : pengatur segala yang Nampak dalam frame-Art director: sebagai Co dalam divisi ini- setting : penata background dalam frame.- wardrobe: yang ngurus kostum dan yang melekat di talent-make up : tata rias talent-Property : sebagai perlengkapan dalam divisi ini.
5. Editing : perangkai adegan-adegan yang sudah di ambil supaya uru dan sesuai dengan cerita, menggabungkan gambar dengan suara dan music.Music director: yang bikin music di film ini (soundtrack)Desain grafis : buat poster, cover dan publikasiNah.. kalo mereka bisa bekerjasama dengan baik, maka proses pngambilan gambar akan baik pula dan tentunya hasil film juga akan memuaskan.
oleh: kine club UMM
Televisi di negara kita Indonesia tercinta
Televisi dan Interaksi
Teknik pengambilan gambar
a. BCU (Big Close Up / Extreme Close Up) : pengambilan gamabar yang sangat mendetail dari suatu obyek,ga sampe sewajah gitu , ne buat nunjukin ekspresi..
b. CU (Close Up) : pengambilan gambar yang Biasanya wajah tok, buat nunjukin ekspresi juga
c. MCU (Medium Close Up) : tengah-tengah antara CU dengan MS (lebih jauh daripada CU tapi lebih dekat daripada MS)biasanya buat poto KTP hahaha..
d. MS (Medium Shoot) : pengambilan gambar subjek kurang lebih setengah badan. Pengambilan gambar ini biasanya dikombinasikan dengan follow shot (pengambilan gambar mengikuti gerakan sang objek) terhadap subjek bergerak.
e. Knee Shot (MFS / Medium Full Shot) : pengambilannya dari atas mpe lutut, yah kira-kira 3/4 tinggi tubuh lah...
f. Full Shot (FS) : pengambilan gamar seseorang secara utuh, tapi ada sedikit jarak k frame, biar ga aneh...
g. MLS (Medium Long Shot) : ngambilnya bisa ga full body, tapi nunjukin setting, karena setting yang dibangun itu bisa memperkuat karakter pemainnya..
h. LS (Long Shot) : tengah-tengah antara MLS dengan ELS (ruang pandang lebih luas daripada MLS tapi lebih sempit daripada ELS)i. ELS (Extreme Long Shot) : lebih menonjol ke settingnya gitooh.. jadi actor/actreesnya keciil bgt...
Camera Anglemerupakan teknik pengambilan ambar juda looh... nama kerennya sudut pengambilan.. hoho :
1. High Angle : sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera berada di atas objek . neh buat ngesanin objek yang diambil itu lagi desperate,, tak berdaya, depresi, lemah, dll.
2. Eye Level : sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek ato dengan mata manusia memandang, ne buat nunjukin ekspresi..
3. Low Angle : sudut pengambilan gambar dari bawah objek. neh juga buat nunjukin kalo objek yang diambil itu kaya superhero, kuat, gagah, megah , kokoh , dll.
4. Bird Eye : sudut pengambilan gambar dari atas objek hingga objek yang kita ambil terkesan kecil, biasanya agak miring, ga lurus.. buat nunjukin aktifitas.
5. Frog Eye : sudut pengambilan gambar sejajar dengan dasar/alas/lantai. Kesan yang ditimbulkan bisa luas, jauh,dkkCamera MovementPanning : pergerakan kamera ke kanan dan ke kiri pada porosnyaTilting : pergerakan kamera ke atas dan ke bawah pada porosnyaTracking : pergerakan kamera menjauhi atau mendekati objek
By: Novin Farid S
Sabtu, 13 Juni 2009
kind of film
Film Dokumenter (Documentary Film)biasanya menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda atau issue bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
dokumenter biasanya bisa diambil dari berbagai pendokumentasian sustu fakta maupun issue sosial. salah satu aliran yang mendukung dokumenter adalah dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan.
oia dokumentasi sama dokumenter itu beda lo...
kalo dokumentasi biasanya hanya bisa dinikmati dan dimengerti oleh orang yang terlibat dalam film itu sendiri. tapi, kalo dokumenter lebih mengunggulkan bagaimana pesan sebuah film itu dapat tersampaikan kepada khalayak. untuk itu, film harus dibuat semenarik mungkin tanpa menyampingkan fakta yang terjadi sebagai unsur utama.
FILM Fiksi
film ini bisa dikatakan unik, soalnya ide film ini berasal dari imaginasi seseorang. meski terkadang ide cerita dapat diambil dari kisah nyata tapi biasanya terdapat suatu rekonstruksi ulang dan dijadikan sefiktif mungkin.
berdasarkan durasinya film fiksi terbagi atas:
Film Cerita Pendek (Short Film)Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.Film Cerita Panjang (Feature – Length Film) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umunya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit
IKLAN TELEVISI
Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk Kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan ‘secara eksplisit’, artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang suatu produk tersebut. Sedangkan iklan produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.
VIDEO KLIP
Video Klip (Music Video) merupakan sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industry tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core business) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya. (Heru Effendy, Membuat Film itu Gampang). copyright
Diunduh dari Yoki Susanto.com
Rabu, 10 Juni 2009
Garin Nugroho: Sineas Nasional Sering Berpikir Instan
JAKARTA, KOMPAS.com--Para sineas atau pelakuk perfilman nasional sering berpikir instan dengan hanya menargetkan agar filmnya laku di pasaran, bukan mencari kualitas tontonan.
"Buktinya, tidak ada satu pun film nasional yang layak diikutsertakan dalam festival internasional," kata sutradara kawakan, Garin Nugroho di Jakarta, Rabu.
Menurut Garin, para sineas nasional belakangan ini tidak mau bersusah payah dan hanya ingin mendapatkan hasil yang cepat.
Akibatnya, film-film yang dihasilkan hanya dengan tujuan bisnis dan keuntungan semata, bukan menargetkan kualitas yang dapat diapresiasi.
Fenomena pola pikir instan sineas nasional itu dapat dilihat dari semakin menipisnya ketertarikan masyarakat untuk menonton film.
Meskipun jumlah film yang diproduksi cukup banyak tapi kemampuannya menjaring penonton masih sangat jauh dari harapan.
Selain cara penggarapan yang kurang profesional, thema-thema yang diangkat pun tidak bervariasi dan hanya itu-itu saja.
"Kalau tidak horor, (thema yang diangkat) ya komedi seksual," katanya.
Rendahnya kualitas perfilam nasional itu menyebabkan penyeleksi film internasional tidak mengikutkan hasil produksi Indonesia dalam festival tingkat dunia tersebut.
Selain itu, kata Garin, sulit didapatkan aktor dan aktris berkualitas yang mampu "menghanyutkan" penonton melalui peran yang dilakoni.
"Dari sekian banyak aktor dan aktris nasional, paling hanya tiga sampai lima orang yang bagus," katanya.
source: kompas.com
written by: ant